Siapa sangka, di balik kemegahan event Womenfestive yang dipenuhi ribuan jamaah, ada kekuatan besar yang digerakkan oleh para perempuan? Iya, hampir 90% tim yang menjalankan acara ini adalah perempuan, bukan hanya sekadar pendukung, tapi pemimpin, pengatur strategi, penggerak teknis, dan pelaksana lapangan.
Visi ini yang membuat mereka lebih dari sekadar tim: menghadirkan event dakwah yang profesional tapi tetap menjunjung nilai-nilai Islam. Niat mereka satu: lillahi ta’ala, menjadikan kerja sebagai ibadah.
Berikut peran-peran kunci yang mereka emban:
Project Manager: Mereka memegang kendali keseluruhan proyek. Mulai dari perencanaan hingga evaluasi, semua dijalankan secara sistematis. Dengan kepemimpinan yang tegas namun penuh empati, mereka menjadi poros koordinasi yang menjaga agar seluruh divisi tetap seirama.
Crowd Control: Tim ini bertugas menjaga alur dan kenyamanan peserta. Mereka tegas namun tetap ramah. Tugas berat ini dijalankan dengan disiplin tinggi tanpa menghilangkan kelembutan khas perempuan yang mengedepankan etika islami dalam interaksi.
Media & Konten Kreatif: Tim inilah yang memastikan setiap momen Womenfestive bisa menginspirasi banyak orang, bahkan yang tidak hadir langsung di venue. Mereka memproduksi konten dakwah yang relevan, visual yang estetis, dan narasi yang membumi namun tetap menjaga marwah syar’i.
Ticketing: Dari penjualan tiket online, konfirmasi hingga pengecekan di hari H—semua dikelola oleh tim perempuan yang teliti dan responsif. Mereka menjadi garda pertama interaksi dengan peserta, sehingga keramahan dan pelayanan maksimal menjadi prioritas utama.
FOH (Front of House): Ini adalah tim teknis yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan tampilan dan kenyamanan audiovisual. Mereka memastikan audio terdengar jelas, pencahayaan mendukung atmosfer, dan tayangan visual berjalan lancar. Sebuah peran strategis yang memadukan ketelitian, komunikasi dengan vendor teknis, dan tanggung jawab tinggi.
Volunteer Squad: Tim relawan perempuan ini sangat berperan dalam mendukung logistik dan kebutuhan operasional harian acara. Mereka memastikan kenyamanan pemateri, kesiapan tempat duduk jamaah, hingga distribusi konsumsi—semua dilakukan dengan semangat melayani di jalan Allah.
Tak lupa, seluruh pergerakan besar ini dipimpin oleh seorang figur inspiratif: Fenita Arie, istri dari Arie Untung dan CEO FAMCORP. Dengan pendekatan yang hangat dan profesional, beliau membawa visi bahwa perempuan bisa tampil di garis depan dakwah tanpa kehilangan identitas keislamannya.
Womenfestive menjadi contoh konkret bahwa perempuan dapat mengambil peran strategis, menjadi pemimpin sekaligus pengabdi, bekerja secara profesional tanpa meninggalkan ruh spiritual.
Tentu di sini, kerja bukan hanya soal sukses acara. Tapi bagaimana setiap peluh dan tenaga dicatat sebagai amal. Semangat kolektif ini menunjukkan bahwa ketika perempuan bersatu dalam visi dakwah, yang lahir bukan sekadar event, tetapi gerakan peradaban.
Semoga tulisan ini menginspirasi lebih banyak muslimah untuk berani melangkah, berkarya, dan tetap menjaga niat lurus di setiap langkah perjuangan.